Preman Masuk Pesantren

Chapter 21: Pertarungan Cinta : Antara Dua Hati di Taman Pesantren



"Bibu.." Titah berlari ke belakang Kamil. 

"Kamu kenapa bu?" tanya Kamil. 

"Takut Bibu, kita kembali ke aula saja yuk" jawab Titah. 

"Tunggu.." Fandi mencoba menghentikan kepergian Titah dan Kamil dari taman pesantren Darussalam.

"Bibu.." Titah memegang tangan Kamil dengan kuat seakan-akan takut kehilangan Kamil. 

"Tenang bu.." Kamil menenangkan rasa takut Titah. 

"Iya.." 

"Oh ya kamu, calon suaminya Titah kan?" tanya Fandi. 

"Iya, kenapa?" tanya Kamil juga. 

"Saya mantan pacarnya." jawab Fandi.

"Iya saya tahu kok, terus?"

"Saya masih cinta dengan Titah, dan saya akan mengambil Titah lagi dari kamu." 

"Enggak, enggak bisa, enak saja, saya sayang sekali dengan Titah." kata Kamil.

"Saya juga gak mau lagi balik sama kamu." sambung Titah menolak untuk kembali bersama Fandi.

"Oh ya, saya akan melakukan apapun dan bagaimana pun caranya mendapatkan kamu lagi.." ancam Fandi.

"Saya tidak akan membiarkan itu terjadi, saya akan mempertahankan Titah." 

"Oh oke, asalkan kamu terima tantangan dari saya." Fandi menantang Kamil.

 

"Oke.." Kamil menerima tantangan dari Fandi.

"Siapa yang menang dia lah yang akan mendapatkan Titah."

"Oke saya terima tantangan darimu."

"Oke kita mulai sekarang."

"Oke siapa takut.." 

"Bibu.." 

"Kamu duduk dulu ya bu di sini." pinta Kamil.

"Iya.." kata Titah patuh.

"Hayu kita duel.."

"Hayu.., siapa takut.." 

" Haduh bagaimana ini, aku ke aula saja, siapa tahu aa Fitra dan mas Rivan masih ada di sana. " kata Titah dalam hati. 

Di Aula Pesantren Darussalam.. 

"A.." 

"Naon van?" tanya Fitra. 

"Ikut aku yuk sebentar." jawab Rivan. 

"Kamanten?" 

"Sudah ikut saja."

"Iya deh.." 

"Assalamu'alaikum mbak Ningrum." Rivan memberikan salam pada Ningrum. 

"Wa'alaikumussalam van.." Ningrum menjawab salam dari Rivan. 

"Aku mau mengenalkan mbak Ningrum dengan cucu pak kyai Abdullah, boleh gak?" tanya Rivan. 

"Boleh dong van." jawab Ningrum. 

"A.., ini sepupunya Rivan namanya mbak Ningrum, dan mbak Ningrum, ini Fitra cucu dari pak kyai Abdullah." Rivan memperkenalkan Ningrum kepada Fitra dan sebaliknya. 

"Ningrum.." keduanya saling berkenalan. 

"Fitra.." keduanya saling berkenalan. 

"Itu dia mas Rivan dan aa Fitra, assalamu'alaikum." Titah berlari ke arah Fitra, Ningrum dan Rivan, dan kemudian Titah memberikan salam pada Fitra, Ningrum dan Rivan. 

"Wa'alaikumussalam" Rivan, Ningrum dan Fitra menjawab salam dari Titah. 

"Ada apa tah?" tanya Fitra. 

"Mas, aa, tolong.." jawab Titah yang meminta pertolongan pada Rivan juga Fitra.

"Tarik nafas dulu tah.." pinta Rivan.

"Oke, huh.." Titah menghela nafas. 

"Nah gitu, sekarang cerita.." pinta Fitra. 

"Jadi gini a, mas..", Titah menceritakan semuanya pada Fitra dan Rivan. 

"Van.." 

"Apa a?" tanya Rivan. 

"Adik saya." jawab Fitra. 

"Ya sudah yuk kesana." ajak Rivan. 

"Yuk van, tah tunjukkan ya kamu kan tadi bersama Kamil, yayang mu di sana." pinta Fitra lagi. 

"Iya a.." kata Titah patuh. 

"Tunggu a, tah.., mbak aku pamit ke taman pesantren darussalam dulu ya, bilang mama kalau mama mencari Rivan ya mbak.." Rivan berpesan pada Ningrum.

"Iya van.." kata Ningrum patuh.

"Assalamu'alaikum." Rivan memberikan salam pada Ningrum. 

"Wa'alaikumussalam van.." Ningrum menjawab salam dari Rivan.

Di Taman Pesantren Darussalam Lagi.. 

"Itu mas, a.." Titah memberitahu Kamil dan Fandi yang sedang berkelahi. 

"Astaghfirullahalazim.." keluh Rivan dan Fitra.

"Kamil, Fandi, cukup dan berhenti, haduh kalau abah tahu kalian berdua bisa di hukum." Fitra mencoba melerai pertengkaran antara Kamil dan Fandi. 

"Dia duluan a yang mulai.." kata Kamil membela diri.

"Sudah, sudah, stop, haduh.." keluh Fitra lagi.

"Kenapa a?" tanya Rivan. 

"Pusing aa, van.." jawab Fitra. 

"Titah untuk saya." kata Fandi memancing emosi Kamil.

"Enak saja Titah milik saya." kata Kamil yang terpancing emosi oleh Fandi.

Dia Milikku - Yovie & Nuno / Kamil & Fandi. 

"Semula ku tak tahu

Engkau juga kan ingin memilikinya." Bagian Kamil. 

"Bukankah ku lebih dulu

Bila engkau temanku

Sebaiknya tak mengganggu." Bagian Fandi. 

"Dia untukku

Bukan untukmu

Dia milikku

Bukan milikmu." Duet / Kamil dan Fandi nyanyi bersama.

"Pergilah kamu

Jangan kau ganggu

Biarkan aku

Mendekatinya." Bagian Kamil. 

"Kamu

Tak akan mungkin

Mendapatkannya

Karena dia

Berikan aku

Pertanda cinta

Janganlah kamu banyak bermimpi, oh 

Dia Untuk aku." Bagian Fandi. 

"Bukankah belum pasti

Kamu juga kan jadi

Dengan dirinya." Bagian Fandi. 

"Dia yang menentukan

Apa yang kan terjadi

Tak usah mengaturku." Bagian Kamil. 

"Dia untukku

Bukan untukmu

Dia milikku

Bukan milikmu." Bagian Kamil. 

"Lihatlah nanti

Lihatlah saja

Biarkan aku

Mendekatinya." Bagian Fandi. 

"Kamu

Tak akan mungkin

Mendapatkannya

Karena dia

Berikan aku

Pertanda juga." Bagian Kamil. 

"Janganlah kamu banyak bermimpi ooh

Ku sarankan engkau mundur saja, ooh." Bagian Fandi. 

"Dia untukku

Bukan untukmu

Dia milikku

Bukan milikmu." Bagian Kamil. 

"Pergilah kamu

Jangan kau ganggu

Biarkan aku

Mendekatinya." Bagian Fandi. 

"Dia untuk aku." Bagian Kamil. 

"Bukan dia untuk aku." Bagian Fandi. 

Masih Di Taman Pesantren Darussalam.. 

"Berhenti aa bilang, haduh kalian berdua ini ya, kalian berdua aa hukum." kata Fitra mengancam keduanya (Kamil dan Fandi).

"Tapi a.." keluh Kamil.

"Keputusan aa sudah bulat, kalian aa hukum, masalah hukuman nanti aa pikirkan dulu, dan kalian berdua ikut aa ke halaman depan pesantren Darussalam, sekarang." kata Fitra

"Ih.." sambung Kamil mengeluh saat diberi hukuman. 

"Van.." 

"Iya a.." 

"Kamu ambil sapu lidi ya, terus bawa ke halaman depan pesantren Darussalam, oh ya satu lagi sekalian ember." pinta Fitra.

"Oke siap bos.." kata Rivan patuh.

Kamil dan Fandi mendapatkan hukuman dari Fitra, Fitra memberikan hukuman untuk Kamil dan Fandi dengan cara menyapu semua halaman depan pesantren Darussalam dan menguras semua kolam ikan dan kamar mandi lalu kemudian mengisinya kembali dengan ember yang di berikan Rivan. 

Di Halaman Depan Pesantren Darussalam.. 

"Rivan mana ya, kok lama ya.." keluh Fitra yang menunggu Rivan terlalu lama di halam depan pesantren Darussalam.

"Masih lama kan a, Titah yuk.." ajak Kamil.

"Eh mau kemana kamu?" tanya Fitra. 

"Mau ke taman, mau berduaan sama Titah sekalian duet alias menyanyikan sebuah lagu, masih lama ini kan.." jawab Kamil. 

"Enggak bisa.., Titah.." 

"Iya a.." 

"Sini, pindah.." pinta Fitra.

"Iya.." kata Titah patuh.

"Sayang sini dekat Kamil." pinta Kamil.

"Tah.." Fitra menatap Titah dengan sinis.

"Ya sudah gini saja deh, daripada saya bingung lebih baik saya nyusul mas Rivan saja." kata Titah.

"Sayang ikut dong.." 

"Eh anjeun hayang kamana mil ?" 

"Hayang menemani calon pamajikan a, Titah, Titah.." 

"Henteu, teu aya Titah, Titah an, anjeun tetap di dieu sareng aa jeung fandi, hayuk kembali ke enggon.." kata Fitra.

"Muhun, muhun deh a.." keluh Kamil. 

Di Halaman Belakang Pesantren Darussalam.. 

"Duh, mas Rivan mana lagi ya ?" Titah bertanya-tanya sendiri yang mencari Rivan. 

"Lah itu kan Titah, tah.." kata Rivan yang melihat Titah yang celingak-celinguk. 

"Iya, nah ini dia yang ku cari-cari di sini rupanya, yuk sudah di tunggu a Fitra tuh.." sambung Titah. 

"Oh gitu, ya sudah yuk kita ke halaman depan pesantren Darussalam."

"Yuk mas Rivan.."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.